Belajar Ilmu Bisnis Dari Penjual Ikan Di Pasar

BELAJAR DARI PENJUAL IKAN

Belajar dari penjual ikan

Suatu pagi, seorang pedagang Ikan mulai berjualan dipasar

Ia memasang papan bertuliskan "HARI INI DISINI JUAL IKAN SEGAR"..menurut proses bisnis dalam kamus WIKIPEDIA Tdk lama datanglah seorang Pembeli dan bertanya, "Mengapa kau tulis HARI INI? Bukankah kau memang berjualan skrg, bukan kemarin atau esok?"

Pedagang Ikan mengganti tulisan "DISINI JUAL IKAN SEGAR"

Lalu datang pembeli ke 2 dan bertanya, "Mengapa kau tulis DISINI? Bukankah memang disini bukan disana?" Pedagang pun mengganti lagi dgn "JUAL IKAN SEGAR"
.
Tdk lama Pembeli ke 3 datang dan bertanya, "Mengapa kau tulis Segar? Bukankah memang yg kau jual Ikan Segar bukan Ikan Busuk?" Pedagang pun mengganti lagi dgn "JUAL IKAN"
.
Kemudian datanglah pembeli ke 4 yg bertanya, "Mengapa kau tulis kata Jual? Bukankah memang Ikan ini dijual bukan dipamerkan atau dibagikan gratis?"
Lalu dihapuslah kata Jual, dan tinggal "IKAN"

Tak lama datanglah pembeli ke 5 dan bertanya, "Mengapa kau tulis Ikan? Bukankah semua org tahu kau jual Ikan, bukan sayur atau daging?".

Pedagang pun menurunkan Papan itu dan beberapa hari kemudian dagangannya makin sepi pembeli krn jualannya sdh tdk menarik lagi.

Hikmah :
Apapun yg kita lakukan, dan bagaimanapun keadaan kita, pasti tdk akan lepas dari penilaian dan komentar org lain..
Penilaian yg baik memang akan membuat kita bangga dan lebih bersemangat dlm menjalani hidup. Namun sebaliknya, penilaian buruk bisa membuat kita malu, tersinggung dan sakit hati bahkan kehilangan semangat.

Orang lain bebas berkomentar.. Namun, kesuksesan itu tergantung keyakinan dan sikap kita sendiri. Pandai2 lah dlm menyaring perkataan yg masuk telinga kita, jangan orang lain mengubah arah hidup yg telah kita tentukan. Jadikan penilaian mereka sbg koreksi, namun tetaplah melangkah sesuai dgn apa yg kita yakini selama itu benar dan tidak bertentangan dengan hukum Allah.

Ketika sibuk mencari nafkah, hindari mengeluh. Itu hanya mengurangi keberkahan rezeki dan mengundang murka Sang Pemberi Rezeki. Bayangkan Anda diberi kue oleh seseorang, tapi Anda berkeluh-kesah tiada henti tentang kue tadi. Tentu saja, si pemberi kue itu sakit hati. Apa mungkin kue Anda ditambahi? Mana mungkin ini terjadi!

Lagi pula, mengeluh juga melemahkan otak dan tubuh. Jadinya gampang sakit. Tak cukup sampai di situ, si pengeluh juga mengusir orang yang baik-baik (karena muak mendengar keluhannya) dan menghimpun orang yang jelek-jelek (si pengeluh lainnya, katanya sih curhat). Parahnya lagi, apa yang Anda keluhkan malah semakin menjadi-jadi. Memburuk. 

Ingat, sibuk beraktivitas adalah fitrahnya manusia. Maka dari itu, syukuri perniagaanmu. Syukuri pekerjaanmu. Syukuri kegiatanmu.

Sekiranya Nabi Adam tidak mengambil buah khuldi, apa yang akan terjadi? Masihkah ia, istrinya, dan seluruh keturunannya tetap menghuni surga? Nggak juga. Cepat atau lambat, ia akan take off dari surga dan landing di bumi. Dari berbagai ayat kita mengetahui bahwa Nabi Adam akan berdinas di bumi sebagai khalifah. Sibuk beraktivitas. Sebagai pemimpin. Sebagai pemakmur.

Perhatikan baik-baik. Sewaktu berdiam di surga, Adam tidak beroleh gelar khalifah. Namun sewaktu menjalani aktivitas dan rutinitas di bumi, barulah ia beroleh gelar khalifah. Memang, hidup di bumi itu penuh perjuangan. Yah begitulah fitrah manusia selagi ia masih hidup. Berikhtiar. Berjuang.

Ibaratnya kapal, memang aman dan nyaman saat diam bersandar di dermaga, tapi BUKAN untuk itu kapal dibuat. Sebuah kapal sejati dirancang untuk membelah ombak bahkan menerjang badai. Berikhtiar. Berjuang. Right?

Sekali lagi, syukuri perniagaanmu. Syukuri pekerjaanmu. Syukuri kegiatanmu. Kalau boleh, sampaikan tulisan ini kepada tim Anda dan keluarga Anda. Niatkan untuk mengingatkan mereka.

Di Surah Ar-Rahman, kalimat 'nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan' diulang sampai 31 kali. Kenapa diulang berkali-kali? Ini seruan kepada manusia untuk mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Janganlah mendustakan. Ini menurut Syaikh Amru Khalid. 

Menurut Imam As-Suyuthi pula, pengulangan itu untuk memantapkan pemahaman manusia tentang bersyukur. Wong sudah diulang 31 kali saja, kita masih mengeluh, apalagi kalau nggak diulang? Akhirnya, bersyukurlah. Semoga hidup kita semakin berkah berlimpah. Sekian dari saya, Arif Wahyudi
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url