Ciri-ciri Bisnis Yang Praktis Untuk Pemula | Treninet Sentosa Internasional


Saya bukan pengusaha yang paling sukses.

Saya bukan entrpreneur yang paling senior.

Tapi, selama ini orang-orang sering bertanya sama saya soal bisnis. Konsultasi. Saya pun berusaha menjawabnya. Alhamdulillah banyak yang merasa terbantu. Dan inilah yang saya lakukan selama 10 tahun terakhir.

Seperti biasa, saya selalu ngomong blak-blakan dan to the point. Saran dan solusi dari saya kadang pahit. Tapi insya Allah mensolusikan. Cuma, sebagian orang nggak mau jawaban yang mensolusikan. Mereka lebih suka jawaban yang menghibur. 

Sebenarnya itu nggak seberapa.

Maaf Jangan di Klik Bahaya

Terhadap partner-partner, jujur saja, saya lebih saklek lagi. Right to the point. Yang nurut, yang manut, alhamdulillah banyak yang melesat pertumbuhan bisnisnya. Biasanya begitu. Saya bisa tunjukkan bukti-buktinya. 

Terlepas dari itu, saya pun bersyukur belakangan ini semakin banyak orang yang berminat untuk ber-partner dengan saya, alhamdulillah. Karena keterbatasan yang saya miliki, kesempatan ber-partner ini saya buka jarang-jarang. Yang terdekat adalah Kamis ini. Yang minat, silakan ya.

Adapun teman-teman yang sudah punya bisnis dan sudah punya mentor (pembimbing), abaikan saja kesempatan ber-partner ini. Fokus saja pada bisnis Anda. Lalu kita saling mendoakan saja. Boleh?

Terakhir, sekiranya kita ada masalah, fokuslah mencari jawaban yang mensolusikan. Bukan jawaban yang menghibur. Karena kita semua berharap jalan keluar dan kenyamaan untuk jangka panjang kan? Bukan sesaat. 

Apapun bisnis dan kesibukan teman-teman, mudah-mudahan berkah berlimpah.

Bisnis yang praktis itu seperti apa?

Kemarin saya ngumpul bareng partner-partner. Ada Kak Diaz dari Jakarta, Kak Marida dari Bogor, Mbak Malina dari Yogya, dan Teh Teni dari Sukabumi. Ramai dan seru, alhamdulillah. Kami saling belajar satu sama lain. Kalau boleh, di sini saya akan share sedikit percakapan kami semalam. Tentang bisnis yang praktis. Ternyata ada ciri-cirinya.
Namanya bisnis tidak harus produksi sendiri. No production, istilahnya. Saran saya, "Fokus saja pada penjualan. Karena, untuk menjalankan proses produksi yang efisien dan menguntungkan perlu modal dan pengalaman yang lumayan. Kalau pemula? Biasanya belum sanggup."

Setelah no production, terus apa lagi? No operational. Jangan sampai waktu kita tersita di operasional. Sekali lagi, fokus saja pada penjualan. Ini akan berdampak langsung pada penghasilan (income). Dan jangan pula setiap bulan kita harus membayar gaji karyawan, sewa tempat, dan listrik-air. Iya kalau laris. Kalau nggak laris, gimana cara membayarnya?

Kemudian, saya menyarankan barang yang delivery-able. Ringan di ongkir, tidak terkendala di berat dan size. Jangan pula yang mudah pecah. Sebaiknya pilih produk yang kecil ukurannya tapi nilai jualnya tinggi. Syukur-syukur mudah disimpan, nggak nyita space.

Gimana dengan kualitas? High quality, saran saya. Pastikan kualitasnya nilai 8 atau 9, sehingga manfaat dan khasiatnya berbicara dengan sendiri. Konsumen pun, tanpa diminta, akan memberikan testimoni. Bisa viral, bisa nyebar. Ya, memang lebih baik kalau konsumen yang berbicara ketimbang penjual.

High repetition adalah saran saya yang berikutnya. Cari produk yang harus dibeli ulang oleh konsumen dalam mingguan atau bulanan. Ini akan membantu kita dalam hal cahsflow. Ingat, mencari-cari konsumen baru mengharuskan cost 6 kali lebih tinggi. Adalah menyenangkan kalau konsumen yang ada repeat order dengan sendirinya, mingguan atau bulanan.

Terakhir, high Margin. Minimal marginnya 25%. Itu minimal. Bukan karena kita kemaruk. Bukan. Justru kita ingin bagi-bagi keuntungan kepada reseller, dropship, dll. Kalau margin hanya 10%, gimana bagi-baginya? Rada repot.

Inilah ciri-ciri bisnis yang praktis. Dan insya Allah sangat bermanfaat buat pemula.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url