Poin-poin Utama Dalam Perencanaan Bisnis Di Dunia Marketing


PAIN POINT DALAM BISNIS

Poin-poin penting dalam perencanaan bisnis di Marketing
Rencanakan Bisnis

Kita bicara bisnis sekarang, sahabat kenal istilah Pain point? Bener, “pain” dari asal kata sakit yang di point yang di tunjuk. Sederhananyanya arti terjemahan bebas pain point adalah menunjuk kan tempat yang sakit. Nah kali ini temen2 semua sebelum kita melangkah lebih jauh ada baiknya kita harus tau dulu poin-poin utama dalam perencanaan bisnis di dunia marketing itu apa saja.

Dan dalam istilah bisnis ada yang namanya “pain point”. Pasti ada yang saat ini yang menggeleng kepala, yang bisa di artikan belum tahu!. Baik, kita lanjutkan.

Proyek, bisnis atau pekerjaan kalau kita tidak bisa menentukan “pain point “ yang tepat itulah yang membuat sukses rate nya rendah, alias gagal atau lama. Sekali lagi, ketrampilan menemukan pain point adalah kunci sukses.

Bisnis bisa kembali modal 5 tahun, bisa kembali dalam 1 tahun atau bisnis bisa rugi tak pernah kembali itu modal hanya karena salah mengindetifikasi “pain point”.

Jadi, misalnya dalam marketing + selling kita harus bisa mengindetifikasi mana yang “needs” mana yang “wants”. Ketika kita memahami perbedaan needs wants keduanya, maka “pain point” akan mudah terindikasi.

Ketika pain point di temukan maka “perpetual perception position” proyek kita, pasti ketemu dan di situlah proyek mulai di temukan titik “mulai” nol nya. Dan pasti sukses.

Oke, sampai sini pasti ada kepala yang mulai penat. Ini apaan lagi sih? Emang berbisnis itu segini rumit ya? Pantesan hanya sedikit yang mau menjalankan. Nah itu si engkong engkoh di pecinan ngak belajar beginian tetapi pada jadi juragan kaya-kaya tuh?, pedagang kain orang padang di tanah abang, juragan warteg bahari tegal ngak belajar beginian di kampungnya rumahnya susun susun tingkat gedong semua kayak di Jakarta. Mobilnya banyak, kaya semua ngak belajar beginian. Ada yang komentar begini ngak dalam hati saat ini?

Sementara para mantan pejabat pemda, para mantan bupati, para mantan gubernur, mantan boss BUMN, angota DPRD, DPR yang gajihnya Cuma belasan juta, punya milyaran uang di kantong mereka dan mereka ngak ada tuh yang belajar beginian, tetap aja pada kaya-kaya, eh eh lupa, kita khan ngak bicara manipulasi jabatan ya.ok di ralat. Balik ke bisnis.

Benar mereka tidak belajar hal ini (para pedagang kaki lima, engkohengkoh di kota dll), tetapi mereka melakukannya!.

Dari ratusan proses bahkan ribuan proses mereka jalani dari usia belasan hingga sekarang misalnya usia mereka lima puluhan, sudah 30 tahun 40 tahun sudah ribuan proses bisnis dilalui dan sudah terbentuk “perpetual perception position” dikepalanya tanpa melakukan analisa data.

“hal itu” sudah masuk pikiran bawah sadar dan sudah masuk dalam “snap judgement decision”. Itu artinya mereka belajar juga, hanya secara “tidak sadar”. Dengan pengalaman hidup.

Seseorang dengan “insight” bisnis yang dalam tadi jika melihat sebuah tempat usaha. Dalam sekejab dia tahu, ini akan besar, ini pasti gagal, ini bakalan hanya jalan di tempat. Matanya dengan cepat menemukan titik “pain point”. Otaknya dengan cepat menentukan, disini needs nya.

To make story short, wants atau keinginan itu adanya di pikiran “atas sadar” atau dikenal dengan istilah conscious mind. Needs atau kebutuhan berada di pikiran “bawah sadar” atau di kenal dengan sub conscious mind.

Kita semua tahu bahwa conscious mind memberikan kontribusi dalam kehidupan kita hanya 12% namun ego di situ. Sementara sub conscious mind memberikan 88% kontribusi kepada kehidupan kita namun sub conscious tidak punya “value”, tidak ada perception. ( data lengkap mohon maaf, boleh baca buku Sadar Kaya).

Hubungannya dengan marketing + selling apa? keputusan “membeli” adalah keputusan WANTS, keinginan., bukan keputusan NEEDS kebutuhan.

Begini Contoh nya, needs nya (seseorang) akan transportasi, wants nya mercy. Need tidak bisa di rubah, wants bisa di rubah. Sub conscious sulit di rubah, conscious ikut angin. Selling itu conscious mind, marketing itu sub conscious mind.

Baik, sampai di sini pasti sudah mulai nyambung dengan apa yang saya maksud sejak awal diskusi. Yaitu penting nya menemukan “pain point”, pentingnya mengindentifikasi needs wants. Dimana hasil akhirnya adalah membuat software Perpetual perception position, yang mana hal itu harus di letakan di bawah sadar se

seorang agar dia bisa dengan pasti melangkah setiap keputusan bisnis dengan benar.

Sekali lagi saya memberikan ilustrasi, needs wants pain point perpetual perpection position dalam sebuah pemahaman. Seseorang tinggal di Cibubur. Kerja di Jakarta. Setiap hari dia bersama 2 juta orang berangkat pagi hari . 2 jam bahkan 3 jam sehari dia habiskan waktu dijalan untuk berangkat kerja.

Kebutuhannya memidahkan dirinya dari rumah ke tempat kerja adalah masalah transportasi itu adalah needsnya.. Tiap hari dengan kendaraan umum di habiskan waktu 2-3 jam, maka memiliki kendaraan yang nyaman adalah wantsnya.

Neednya tidak bisa di rubah meskipun dia pindah kerja tempat lain yang dekat rumah. Dia tetap perlu transportasi dengan pilihan jalan kaki sekalipun. Wants nya tetap saja mobil mercy.

Pain pointnya di mana? Banyak sisi melihatnya, ada puluhan pain point nya. Dapat satu saja anda bisa jadi milyuner. Salah satu pain poin bisnis marketing di lihat oleh Go jek, dilihat oleh Uber. Ada yang lain lagi, ya pasti ada. Sekali lagi saya tanya, pain pointnya mana? Satu sudah di lihat oleh gojek atau Uber. Pasti anda sudah mulai menangkap.

Sekarang pasti sudah mulai dapat, AHA moment nya !. Apa masih belum? Ada banyak loh, ada puluhan pain pointnya. Apa masih perlu perjelasan apa itu perpetual perception position? Ini belajar bisnis apa belajar psikologi ya? Hehe ok sampai disini temen-temen penjelasan dari mybonuspaytren tentang poin-poin utama dalam perencanaan bisnis di dunia marketing semoga bermanfaat.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url